Rabu, 30 November 2011

MAKNA KEHIDUPAN


Ketika kerjamu tidak dihargai maka saat itu kau sedang belajar tentang ketulusan.
 
Ketika usahamu dinilai tidak penting, maka saat itu kau sedang belajar keikhlasan.

Ketika hatimu terluka sangat dalam, maka saat itu kau sedang belajar tentang memaafkan.

Ketika kau harus lelah dan kecewa , maka saat itu kau sedang belajar tentang kesungguhan.

Ketika kau merasa sepi dan sendiri maka saat itu kau sedang belajar tentang ketangguhan.

Ketika kau harus membayar biaya yang sebenarnya tidak perlu kau tanggung, maka saat itu kau sedang belajar tentang kemurah-hatian

Maka :
Tetap semangat
Tetap sabar
Tetap tersenyum
Terus belajar
Karena kita semua sedang menimba ilmu di universitas kehidupan

Ingat
Tuhan menaruhmu di tempatmu sekarang, bukan karena kebetulan.

Orang yang hebat tidak dihasilkan melalui :
Kemudahan
Kesenangan dan ketenangan

Melainkan mereka dibentuk melalui :
Kesukaran
Tantangan dan…air mata
Maka ketika engkau mengalami sesuatu yang sangat berat dan merasa ditinggalkan sendiri dalam hidup ini :
Angkatlah tangan dan kepalamu keatas…tataplah masa depanmu… Dan ketahuilah…
Tuhan sedang mempersiapkanmu untuk menjadi…
Orang yang luar biasa untuk menjadi seorang…pemenang.

God bless us all.


JILBAB.. HANYA SBUAH TRADISI ATAUKAH PERINTAH TUHAN?


SIAPA YANG MENYURUH ANDA BERJILBAB?
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Rabb sekalian alam. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad, keluarga, shahabat dan pengikutnya sampai hari akhir.
Ukhti Al Muslimah........! (SIAPA YANG MENYURUHMU MEMAKAI JILBAB/HIJAB??) .
Jangan terkejut sebelum engkau baca buku (risalah) ini.
•Seorang Mahasiswi meminta pada salah seorang sahabat putrinya agar menemaninya menghadap dosen laki-laki dalam mempertahankan Disertasi untuk mencapai gelar (MA). Sahabat berkata : Ya tak tahukah gelar kamu bahwa kita ini hidup di abad 20?
•Seorang dokter wanita di salah satu rumah sakit, ketika ia memakai pakaian dokter hilanglah malunya, wajah dan rambutnya serta pakaiannya terbuka. Seakan menanggalkan agama dan malu, adalah hal yang wajib bagi tugas kedokteran.
•Saya pernah berkunjung ke salah satu kerabat yang saya kenal selalu menjaga kehormatan dan hijab/jilbab. Tiba-tiba saya dikejutkan oleh masuknya supir pribadinya ke tempat pertemuan. Seakan-akan ia salah satu anggota keluarga yang tidak perlu menutup aurat darinya.
Ukhti muslimah!
Pernahkah kamu menduga, bahwa mereka para wanita muslimah sadar, mengapa mereka berjilbab? Sesungguhnya realita menunjukkan bahwa mereka pada umumnya memandang jilbab hanya sebatas adat istiadat yang mereka warisi dari orang tua mereka dan sebagai bakti kepada orang tua mereka yang menyuruhnya. Oleh sebab, itu sebagai warisan dan adat istiadat suci, maka wajib di jaga dan dilestarikan. Pernahkah ia bertanya, mengapa ia memakai Jilbab? Dan siapa yang menyuruhnya? Bukankah itu perintah Allah:
"Wahai Nabi (s.a.w.) katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anakmu, dan wanita-wantia kaum muslim agar mereka mengulurkan jilbanya keseluruh tubuh mereka, yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS 33;59)

Tidakkah ia mengetahui bahwa ia mentaati perintah penciptanya, yang memberi rizqi, yang menciptkan langit dan bumi dan mengetahui mana yangsesuai dan mana yang tidak sesuai dengan makhlukNya.
Firman Allah s.w.t. "Kepunyaan Allah apa yang ada di langit dan di bumi." (QS. 2; 284)
Allah Yang menciptakanmu: "Demikian itulah Allah Tuhanmu, tidak ada Tuhan yang patut disembah selain Dia. Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia, dan Dia adalah Pemelihata segala sesuatu. (QS 6; 102)
Yang memberimu nikmat: "Dan apa saja nikmat yang ada padamu maka dari Allah jualah." (QS. 16; 53)
Yang mematikanmu: "Dan datanglah sakarotul maut (kematian) sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari padanya. "(QS. 50;19)
Yang berfirman: "Pada hari (ketika) Kami berkata neraka jahanam: Apakah kamu seudah penuh? Dia menjawab: Masih adakah tambahan? "(QS. 50;31.31)
Yang berfirman: "Hari (ketika) Kami mengumpulkan orang-orang yang taqwa kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai perutusan (Yang terhormat), dan Kami menggiring orang-orangyang durhaka ke nereka jahanam dalam keadaan dahaga" (QS 19; 85, 86
Yang Mengadili pada hari yang menakutkan: "Pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya, dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu lihat mereka dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk akan tetapi adzab Allah itu sangat keras." (QS 22; 1)
Ukhti Al Muslimah!
Tidakkah kau baca firman Allah:
"Katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan menjaga kemaluannya serta tidak menampakkan perhiasannya kecuali (Yang biasa) nampak carinya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dada mereka" (QS 24;31)
Yaitu tidak menampakkan sedikitpun perhiasannya kepada orang-orang asing (bukan muhrim), kecuali sesuatu yang tidak mungkin disembunyikan berupa pakaian yang tidak menyolok, dan hendaklah menjulurkan penutup kepala (jilbab) sampai ke dadanya sehingga tertutup.
Imam Bikhori meriwayatkan dari Aisyah r.a. Ia berkata: "Semoga Allah merahmati wanita-wanita pertama berhijrah (Muhaajiroot) yaitu ketika Allah menurunkan firmanNya: "Hendaklah mereka menutukan kain kerudung ke dada mereka" (QS 24;31) (Mereka langsung merobek pakaian mereka untuk dijadikan jilbab)".
Ukhti Al Muslimah!
Janganlah berkata "Kita bukan mereka. Bagaimana mungkin kita bisa mencapai apa yang mereka capai?" Jangan kau heran! seorang penyair berkata: Contohlah mereka walaupun tidak persis. Sebab mencontoh orang yang mulia itu beruntung Ukhti Al Muslimah!
Tidakkah kau baca firman Allah tentang para istri Nabi s.a.w.
"Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nab s.a.w.), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka." (QS 33; 53).
Lebih suci bagi hati siapa, wahai ukhti? Lebih suci bagi istri-istri Nabi, (Ummahatul Mu'minin). Lebih suci bagi hati para sahabat Nabi, Umat yang terbaik setelah Nabi s.a.w.?
Bagaimana dengan hati kita pada masa sekarang? Apakah Zat Yang Menciptakanmu, yang mengetahui cara yang terbaik untuk mensucikan hati, sama dengan orang yang tidak mengetahui hal itu?
Ukhti Muslimah!
Allah s.w.t. berfirman:
"Wahai Nabi s.a.w. katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuan dan istri-istri orang-orang yang beriman,: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu, dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. " (QS 33; 59)
Ibnu Abbas berkata: "Allah swt memerintahkan istri-istri orang yang beriman, apabila keluar dari rumah untuk suatu keperluan, hendaklah menutup wajahnya dari atas kepala dengan jilbabnya".
Allah swt memerintahkan istri-istri orang yang beriman hal tersebut di atas, agar mereka dikenal dengan tertutup rapi, bersih, dan suci. Dengan demikian ia tidak akan diganggu orang-orang jahat.
Coba kau perhatikan: Siapa yang lebih sering digoda dan diganggu lelaki di jalan? tentu mereka yang suka bersolek ala jahiliyah (jahiliyah modern).
Perhatikan firman Allah swt di bawah ini:
"Dan perempuan-perempuan yang telah berhenti (dari haid dan mengandung) yang tidak ingin kawin lagi, tiadalah atas mereka dosa menanggalkan pakaian mereka dengan tidak (bermaksud) menampakkan perhiasan dan berlaku sopan adalah leibh baik dari mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. " (QS 24; 60).
Allah memberitahukan bahwa berjilbabnya perempuan tua yang tidak ingin menikah lagi serta tidak menampakkan perhiasan itu lebih utama, walaupun diperbolehkan bagi mereka untuk buka wajah dan tangan dengan syarat berlaku sopan (Islamy).
Al-Qur'an telah mewajibkan wanita muslimah untuk memakai jilbab (hijab) dan mengharamkan bersolek ala jahiliah (tabarruj).
Ukhti Al-Muslimah!
Dengarlah kata ibunda kalian Ummul Mu'minin ketika bertanya kepada Nabi s.a.w.:
"Apakah yang harus diperbuat wanita dengan bawah baju mereka? Nabi saw bersabda: Hendaklah ia turunkan satu jengkal (dari lutut)". Ummul Mu'minin berkata: "Kalau begitu akan tersingkap kaki kami, wahai Rasulullah"
Nabi bersabda: "Turunkan satu lengan dan jangan dilebihkan" (HR Bukhori dan Muslim).
Subhanallah ! Ummahatul Mu'minin meminta agar diperpanjang bajunya, sedang wanita-wanita kita malah banyak yang mempersingkat (menaikkan ke lutut bahkan ada yang di atasnya) dan mereka tidak peduli.
"Nabi dan Kitab suci kita melarang telanjang, tidak menutup aurat, maka tanyakan kepada Hadits dan ayat suci Al-Qur'an Al-Karim"
Adapun hijab artinya adalah menutup badan, dan sebagai ciri dari sekumpulan peraturan sosial yang berhubungan dengan keadaan wanita dalam undang-undang Islam, yang telah ditetapkan Allah swt untuk menjadi benteng yang kuat, yang menjaga kehormatan, kemuliaan dan keluhuran wanita.
Pakaian yang memelihara masyarakat dari fitmah, dan dalam ruang lingkup yang ketat sebagai sarana bagi wanita untuk membentuk generasi Islam, merajut masa depan umat yang pada giliranya ikut berperan dalam perjuangan Islam dan mengokohkannya di muka bumi ini.

Senin, 28 November 2011

HUKUM JUAL BELI KREDIT (CICILAN) DAN UANG MUKA (DP)


pendapat I
Jual beli kredit dalam fiqih dikenal dengan istilah al-bai` bi ad-dain atau al-bai` bi at-taqsith, atau al-bai' li-ajal. Semuanya berarti jual beli dengan penyerahan barang pada saat akad, tapi pembayarannya dilakukan secara tertunda. Pembayaran tertunda ini dapat dilakukan sekaligus pada satu waktu, atau dicicil (diangsur) dalam beberapa kali cicilan (tidak dibayar sekaligus dalam satu waktu). (Wahbah Az-Zuhaili, Al-Mu'amalah Al-Maliyah Al-Muashirah, hal. 311; Yusuf As-Sabatin, Al-Buyu' Al-Qadimah wal Mu'ashirah, hal. 84).

Dalam jual beli kredit umumnya penjual menetapkan harga kredit yang lebih mahal daripada harga kontan (cash). Misalnya, penjual menetapkan harga sebuah sepeda motor seharga Rp 10 juta jika dibayar kontan, dan Rp 12 juta jika dibayar kredit dalam jangka waktu tertentu. Dalam jual beli kredit ini penjual seringkali menetapkan uang muka (DP, down payment). Dengan ketentuan, jika jual beli jadi, uang muka akan dihitung sebagai bagian harga. Jika tidak jadi, uang muka tidak dikembalikan kepada pembeli tapi menjadi hak penjual. Bolehkah jual beli kredit dan DP semacam ini?

Jumhur fuqaha seperti ulama mazhab yang empat (Hanafiyah, Malikiyah, Syafiiyah, Hanabilah) membolehkan jual beli kredit, meski penjual menjual barang dengan harga kredit yang lebih mahal daripada harga kontan. Inilah pendapat yang kuat (rajih). (Wahbah Az-Zuhaili, Al-Mu'amalah Al-Maliyah Al-Muashirah, hal. 316, Asy-Syaukani, Nailul Authar, 8/199; An-Nabhani, Asy-Syakhshiyah Al-Islamiyah, 2/307).

Dalil kebolehannya adalah keumuman dalil-dalil yang telah membolehkan jual beli, misalnya QS Al-Baqarah : 275 (artinya),"Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba." Juga berdasar sabda Nabi SAW,"Sesungguhnya jual beli itu adalah atas dasar saling ridha." (HR Ahmad dan Ibnu Majah). Kata "jual beli" ini bersifat umum, mencakup jual beli kredit. Diriwayatkan bahwa Thawus, Al-Hakam, dan Hammad berkata bahwa tidaklah mengapa kalau penjual berkata kepada pembeli,'Aku jual kontan kepadamu dengan harga sekian, dan aku jual kredit kepadamu dengan harga sekian,' lalu pembeli membeli dengan salah satu dari dua harga itu. (Hisyam Barghasy, Hukum Jual Beli Secara Kredit (terj), hal. 75).

Adapun mengenai uang muka (DP), hukumnya boleh. Karena ada riwayat bahwa Umar bin Khaththab pernah membeli rumah dari Shofwan bin Umayyah dengan harga 4000 dirham, dengan ketentuan jika Umar rela, maka jual beli dilaksanakan dengan harga tersebut. Jika Umar tidak rela (tidak jadi beli), Shofwan berhak mendapat 400 dirham (10 % dari harga). (Yusuf As-Sabatin, Al-Buyu' Al-Qadimah wal Mu'ashirah, hal. 84).

Sebagian ulama melarang uang muka ('urbun) dengan dalil hadis bahwa Nabi SAW melarang jual beli dengan uang muka ('urbun) (HR Ahmad, Nasa'i, Ibnu Majah). Namun hadis ini ternyata lemah sehingga tidak dapat dijadikan dalil untuk melarang DP. (Ibnu Hajar, At-Talkhis Al-Habir, 3/17; Al-Albani, Takhrij Al-Misykah, 2/866). Wallahu a'lam.



>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
pendapat II
Jual beli dgn sistem kredit yg ada di masyarakat digolongkan menjadi dua jenis:Jenis pertama kredit dgn bunga. Ini hukumnya haram dan tidak ada keraguan dalam hal keharamannya krn jelas-jelas mengandung riba. Jenis kedua kredit tanpa bunga. Para fuqaha mengistilahkan kredit jenis ini dgn Bai’ At Taqsiith. Sistem jual beli dgn Bai’ At Taqsiith ini telah dikaji sejumlah ulama di antaranya: As-Syaikh Nashirudin Al AlbaniDalam kitab As-Shahihah jilid 5 terbitan Maktabah Al Ma’arif Riyadh hadits no. 2326 tentang “Jual Beli dgn Kredit” beliau menyebutkan adanya tiga pendapat di kalangan para ulama.
Yang rajih adl pendapat yg tidak memperbolehkan menjual dgn kredit apabila harganya berbeda dgn harga kontan . Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih dari Abi Hurairah yg diriwayatkan oleh An Nasa’i dan At Tirmidzi bahwa Rasulullah  melarang transaksi jual beli dalam satu transaksi jual beli.As Syaikh Al Albani menjelaskan maksud larangan dalam hadits tersebut adl larangan adanya dua harga dalam satu transaksi jual beli seperti perkataan seorang penjual kepada pembeli: Jika kamu membeli dgn kontan maka harganya sekian dan apabila kredit maka harganya sekian .
Hal ini sebagaimana ditafsirkan oleh Simaak bin Harb dalam As Sunnah {karya Muhammad bin Nashr Al Marwazi} Ibnu Sirin dalam Mushonnaf Abdir Rozaq jilid 8 hal. 137 no. 14630 Thoowush dalam Mushonnaf Abdir Rozaq jilid 8 no. 14631 Ats Tsauri dalam Mushonnaf Abdir Rozaq jilid 8 no. 14632 Al Auza’i sebagaimana disebutkan oleh Al Khaththaabi dalam Ma’alim As Sunan jilid 5 hal. 99 An Nasa’i Ibnu Hibban dalam Shahih Ibni Hibban jilid 7 hal. 225 dan Ibnul Atsir dalam Ghariibul Hadits.Demikian pula dalam hadits yg diriwayatkan Ibnu Abi Syaibah dalam Al Mushonnaf Al Hakim dan Al Baihaqi dari Abi Hurairah bahwasanya Rasulullah  bersabda:“Barangsiapa yg menjual dgn 2 harga dalam 1 transaksi jual beli maka baginya harga yg lebih murah dari 2 harga tersebut atau riba.”Misalnya seseorang menjual dgn harga kontan Rp 100.00000 dan kredit dgn harga Rp 120.00000. Maka ia harus menjual dgn harga Rp 100.00000. Jika tidak maka ia telah melakukan riba.
Atas dasar inilah jual beli dgn sistem kredit {yakni ada perbedaan harga kontan dgn cicilan} dilarang dikarenakan jenis ini adl jenis jual beli dgn riba.As-Syaikh Muqbil bin Hadi Al Waadi’iDalam kitabnya Ijaabatus Saailin hal. 632 pertanyaan no. 376 beliau menjelaskan bahwa hukum jual beli seperti tersebut di atas adl dilarang krn mengandung unsur riba. Dan beliau menasehatkan kepada tiap muslim utk menghindari cara jual beli seperti ini.Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih dari Abi Hurairah yg diriwayatkan oleh An Nasa’i dan At Tirmidzi bahwa Rasulullah  melarang transaksi jual beli dalam satu transaksi jual beli.Namun beliau menganggap lemahnya hadits Abu Hurairah sebagaimana yg diriwayatkan Ibnu Abi Syaibah dalam Al Mushonnaf Al Hakim dan Al Baihaqi dari Abi Hurairah bahwasanya Rasulullah  bersabda:“Barangsiapa yg menjual dgn 2 harga dalam 1 transaksi jual beli maka baginya harga yg lebih murah dari 2 harga tersebut atau riba.”Hal ini sebagaimana disebutkan beliau dalam kitabnya Ahaadiitsu Mu’allah Dzoohiruha As Shahihah hadits no.369.Dalam perkara jual beli kredit ini kami nukilkan nasehat As-Syaikh Al Albani:“Ketahuilah wahai saudaraku muslimin bahwa cara jual beli yg seperti ini yg telah banyak tersebar di kalangan pedagang di masa kita ini yaitu jual beli At Taqsiith dgn mengambil tambahan harga dibandingkan dgn harga kontan adl cara jual beli yg tidak disyari’atkan. Di samping mengandung unsur riba cara seperti ini juga bertentangan dgn ruh Islam di mana Islam didirikan atas pemberian kemudahan atas umat manusia dan kasih sayang terhadap mereka serta meringankan beban mereka sebagaimana sabda Rasulullah  yg diriwayatkan Al Imam Al Bukhari :“Allah merahmati seorang hamba yg suka memberi kemudahan ketika menjual dan ketika membeli…”Dan kalau seandainya salah satu dari mereka mau bertakwa kepada Allah menjual dgn cara kredit dgn harga yg sama sebagaimana harga kontan maka hal itu lbh menguntungkan baginya juga dari sisi keuntungan materi. Karena dgn itu menyebabkan sukanya orang membeli darinya dan diberkahinya oleh Allah pada rejekinya sebagaimana firman Allah:… Demikianlah diberi pengajaran dgn itu orang yg beriman kepada Allah dan hari Akhir.
Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yg tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan . Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan . Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. Demikian nasehat dari As-Syaikh Al Albani. Sebagai kesimpulan kami nasehatkan kepada kaum Muslimin hendaknya memilih cara kontan jika menghadapi sistem jual beli semacam ini.Wallahu a’lamu bisshawaab.

Kisah Nyata: Kisah seorang istri yang shalihah


Usia istri Yaqin masih sangat muda, sekitar 19 tahun. Sedangkan usia Yaqin waktu itu sekitar 23 tahun. Tetapi mereka sudah berkomitmen untuk menikah.
Istrinya Yaqin cantik, putih, murah senyum dan tutur katanya halus. Tetapi kecantikannya tertutup sangat rapi. Dia juga hafal Al-Qur’an di usia yang relatif sangat muda , Subhanallah…
Sejak awal menikah, ketika memasuki bulan kedelapan di usia pernikahan mereka, istrinya sering muntah-muntah dan pusing silih berganti… Awalnya mereka mengira “morning sickness” karena waktu itu istrinya hamil muda.
Akan tetapi, selama hamil bahkan setelah melahirkanpun istrinya masih sering pusing dan muntah-muntah. Ternyata itu akibat dari penyakit ginjal yang dideritanya. 
Satu bulan terakhir ini, ternyata penyakit yang diderita istrinya semakin parah..
Yaqin bilang, kalau istrinya harus menjalani rawat inap akibat sakit yang dideritanya. Dia juga menyampaikan bahwa kondisi istrinya semakin kurus, bahkan berat badannya hanya 27 KG. Karena harus cuci darah setiap 2 hari sekali dengan biaya jutaan rupiah untuk sekali cuci darah.
Namun Yaqin tak peduli berapapun biayanya, yang terpenting istrinya bisa sembuh.
Pertengahan bulan Ramadhan, mereka masih di rumah sakit. Karena, selain penyakit ginjal, istrinya juga mengidap kolesterol. Setelah kolesterolnya diobati, Alhamdulillah sembuh. Namun, penyakit lain muncul yaitu jantung. Diobati lagi, sembuh… Ternyata ada masalah dengan paru-parunya. Diobati lagi, Alhamdulillah sembuh.
***
Suatu ketika , Istrinya sempat merasakan ada yang aneh dengan matanya. “Bi, ada apa dengan pandangan Ummi?? Ummi tidak dapat melihat dengan jelas.” Mereka memang saling memanggil dengan “Ummy” dan ” Abi” . sebagai panggilan mesra. “kenapa Mi ?” Yaqin agak panik “Semua terlihat kabur.” Dalam waktu yang hampir bersamaan, darah tinggi juga menghampiri dirinya… Subhanallah, sungguh dia sangat sabar walau banyak penyakit dideritanya…
Selang beberapa hari, Alhamdulillah istri Yaqin sudah membaik dan diperbolehkan pulang.
Memasuki akhir Ramadhan, tiba-tiba saja istrinya merasakan sakit yang luar biasa di bagian perutnya, sangat sakiiit. Sampai-sampai dia tidak kuat lagi untuk melangkah dan hanya tergeletak di paving depan rumahnya.
***
“Bi, tolong antarkan Ummi ke rumah sakit ya..” pintanya sambil memegang perutnya…
Yaqin mengeluh karena ada tugas kantor yang harus diserahkan esok harinya sesuai deadline. Akhirnya Yaqin mengalah. Tidak tega rasanya melihat penderitaan yang dialami istrinya selama ini.
Sampai di rumah sakit, ternyata dokter mengharuskan untuk rawat inap lagi. Tanpa pikir panjang Yaqin langsung mengiyakan permintaan dokter.
“Bi, Ummi ingin sekali baca Al-Qur’an, tapi penglihatan Ummi masih kabur. Ummi takut hafalan Ummi hilang.”
“Orang sakit itu berat penderitaannya Bi. Disamping menahan sakit, dia juga akan selalu digoda oleh syaitan. Syaitan akan berusaha sekuat tenaga agar orang yang sakit melupakan Allah. Makanya Ummi ingin sekali baca Al-Qur’an agar selalu ingat Allah.
Yaqin menginstal ayat-ayat Al-Qur’an ke dalam sebuah handphone. Dia terharu melihat istrinya senang dan bisa mengulang hafalannya lagi, bahkan sampai tertidur. Dan itu dilakukan setiap hari.
“Bi, tadi malam Ummi mimpi. Ummi duduk disebuah telaga, lalu ada yang memberi Ummi minum. Rasanya enaaak sekali, dan tak pernah Ummi rasakan minuman seenak itu. Sampai sekarangpun, nikmatnya minuman itu masih Ummi rasakan”
“Itu tandanya Ummi akan segera sembuh.” Yaqin menghibur dirinya sendiri, karena terus terang dia sangat takut kehilangan istri yang sangat dicintainya itu.
Yaqin mencoba menghibur istrinya. “Mi… Ummi mau tak belikan baju baru ya?? Mau tak belikan dua atau tiga?? Buat dipakai lebaran.”
“Nggak usah, Bi. Ummi nggak ikut lebaran kok” jawabnya singkat. Yaqin mengira istrinya marah karena sudah hampir lebaran kok baru nawarin baju sekarang.
“Mi, maaf. Bukannya Abi nggak mau belikan baju. Tapi Ummi tahu sendiri kan, dari kemarin-kemarin Abi sibuk merawat Ummi.”
“Ummi nggak marah kok, Bi. Cuma Ummi nggak ikut lebaran. Nggak apa-apa kok Bi.”
”Oh iya Mi, Abi beli obat untuk Ummi dulu ya…??”.
Setelah cukup lama dalam antrian yang lumayan panjang, tiba-tiba dia ingin menjenguk istrinya yang terbaring sendirian. Langsung dia menuju ruangan istrinya tanpa menghiraukan obat yang sudah dibelinya.
***
Tapi betapa terkejutnya dia ketika kembali . Banyak perawat dan dokter yang mengelilingi istrinya.
“Ada apa dengan istriku??.” tanyanya setengah membentak. “Ini pak, infusnya tidak bisa masuk meskipun sudah saya coba berkali-kali.” jawab perawat yang mengurusnya.
Akhirnya, tidak ada cara lain selain memasukkan infus lewat salah satu kakinya. Alat bantu pernafasanpun langsung dipasang di mulutnya. 
Setelah perawat-perawat itu pergi, Yaqin melihat air mata mengalir dari mata istrinya yang terbaring lemah tak berdaya, tanpa terdengar satu patah katapun dari bibirnya.
“Bi, kalau Ummi meninggal, apa Abi akan mendoakan Ummi?” “Pasti Mi… Pasti Abi mendoakan yang terbaik untuk Ummi.” Hatinya seakan berkecamuk. “Doanya yang banyak ya Bi” “Pasti Ummi” “Jaga dan rawat anak kita dengan baik.”
Tiba-tiba tubuh istrinya mulai lemah, semakin lama semakin lemah. Yaqin membisikkan sesuatu di telinganya, membimbing istrinya menyebut nama Allah. Lalu dia lihat kaki istrinya bergerak lemah, lalu berhenti. Lalu perut istrinya bergerak, lalu berhenti. Kemudian dadanya bergerak, lalu berhenti. Lehernya bergerak, lalu berhenti. Kemudian matanya…. Dia peluk tubuh istrinya, dia mencoba untuk tetap tegar. Tapi beberapa menit kemudian air matanya tak mampu ia bendung lagi…
Setelah itu, Yaqin langsung menyerahkan semua urusan jenazah istrinya kepada perawat. Karena dia sibuk mengurus administrasi dan ambulan. Waktu itu dia hanya sendiri, kedua orang tuanya pulang karena sudah beberapa hari meninggalkan cucunya di rumah. Setelah semuanya selesai, dia kembali ke kamar menemui perawat yang mengurus jenazah istrinya.
“Pak, ini jenazah baik.” kata perawat itu. Dengan penasaran dia balik bertanya. “Dari mana ibu tahu???” “Tadi kami semua bingung siapa yang memakai minyak wangi di ruangan ini?? Setelah kami cari-cari ternyata bau wangi itu berasal dari jenazah istri bapak ini.” “Subhanalloh…”
Tahukah sahabatku,… Apa yang dialami oleh istri Yaqin saat itu? Tahukah sahabatku, dengan siapa ia berhadapan? Kejadian ini mengingatkan pada suatu hadits
Sesungguhnya bila seorang yang beriman hendak meninggal dunia dan memasuki kehidupan akhirat, ia didatangi oleh segerombol malaikat dari langit. Wajah mereka putih bercahaya bak matahari. Mereka membawa kain kafan dan wewangian dari surga. Selanjutnya mereka akan duduk sejauh mata memandang dari orang tersebut. Pada saat itulah Malaikat Maut ‘alaihissalam menghampirinya dan duduk didekat kepalanya. Setibanya Malaikat Maut, ia segera berkata: “Wahai jiwa yang baik, bergegas keluarlah dari ragamu menuju kepada ampunan dan keridhaan Allah”. Segera ruh orang mukmin itu keluar dengan begitu mudah dengan mengalir bagaikan air yang mengalir dari mulut guci. Begitu ruhnya telah keluar, segera Malaikat maut menyambutnya. Dan bila ruhnya telah berada di tangan Malaikat Maut, para malaikat yang telah terlebih dahulu duduk sejauh mata memandang tidak membiarkanya sekejap pun berada di tangan Malaikat Maut. Para malaikat segera mengambil ruh orang mukmin itu dan membungkusnya dengan kain kafan dan wewangian yang telah mereka bawa dari surga. Dari wewangian ini akan tercium semerbak bau harum, bagaikan bau minyak misik yang paling harum yang belum pernah ada di dunia. Selanjutnya para malaikat akan membawa ruhnya itu naik ke langit. Tidaklah para malaikat itu melintasi segerombolan malaikat lainnya, melainkan mereka akan bertanya: “Ruh siapakah ini, begitu harum.” Malaikat pembawa ruh itupun menjawab: Ini adalah arwah Fulan bin Fulan (disebut dengan namanya yang terbaik yang dahulu semasa hidup di dunia ia pernah dipanggil dengannya).(HR Imam Ahmad, dan Ibnu Majah).
***
“Sungguh sangat singkat kebersamaan kami di dunia ini , akan tetapi sangat banyak bekal yang dia bawa pulang. Biarlah dia bahagia di sana” Air matapun tak terasa mengalir deras dari pipi Yaqin.
Subhanallah…

Minggu, 27 November 2011

Waktu-waktu Mustajab Untuk Berdoa




1. Sepertiga malam terakhir.
وقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : "ينزل ربنا كل ليلة إلى سماء الدنيا، حين يبقى الثلث الأخير من الليل؛ فيقول: من يدعوني فأستجيب له؟ من يسألني فأعطيه؟ من يستغفرني فأغفر له؟
" Telah bersabda Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam : Rabb kita turun pada setiap malam ke langit dunia saat tersisa sepertiga malam yang terakhir. Lalu Ia berfirman : Siapa saja yang berdoa kepada-Ku niscaya akan Aku kabulkan, siapa saja yang meminta kepada-Ku niscaya akan Aku berikan. Siapa saja yang meminta ampun kepada-Ku niscaya akan Aku ampuni.” Diriwayatkan oleh Al-Bukhariy no. 1145 dan Muslim no. 758.


2. Saat sujud.
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : "نُهيت أن أقرأ القرآن راكعاً، أو ساجداً؛ فأما الركوع فعظموا فيه الرب، وأما السجود فاجتهدوا فيه بالدعاء؛ فإنه قمن أن يستجاب لكم
" Telah bersabda Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam : Aku dilarang untuk membaca Al-Quran ketika rukuk atau sujud. Adapun ketika rukuk, agungkanlah Allah oleh kalian di dalamnya; dan ketika sujud, bersungguh-sungguhlah kalian di dalamnya untuk berdoa karena (pada waktu itu) layak bagi (doa) kalian untuk dikabulkan.” Diriwayatkan oleh Muslim no. 479.
Allah taala berfirman : وَاسْجُدْ وَاقْتَرِبْ .”Dan sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan).” QS. Al-Alaq : 19.
وقال صلى الله عليه وسلم : "أقرب ما يكون العبد من ربه وهو ساجد؛ فأكثروا الدعاء
" Dan telah bersabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam : Waktu yang paling dekat antara seorang hamba dengan Rabbnya adalah saat ia sujud. Oleh karena itu, perbanyaklah doa.” Diriwayatkan oleh Muslim no. 482.

 3. Satu saat di hari Jumat.
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : "خير يوم طلعت عليه الشمس يوم الجمعة، فيه خُلق آدم، وفيه أدخل الجنة، وفيه   تيب عليه، وفيه أهبط إلى الأرض، وفيه تقوم الساعة
" Telah bersabda Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam : Sebaik-baik hari yang terbit padanya matahari adalah hari Jumat. Pada waktu itulah diciptakan Adam, dimasukkannya ia ke dalam surga, diterima taubatnya (oleh Allah), diturunkannya ia ke bumi, dan ditegakkannya hari kiamat. Diriwayatkan oleh Muslim no. 854
وقال صلى الله عليه وسلم : "في يوم الجمعة ساعة لا يوافقها مسلم وهو قائم يصلي، يسأل الله خيراً إلا أعطاه"، وقال بيده، قلنا يقللها يزهدها
Telah bersabda beliau shallallaahu alaihi wa sallam : Pada hari Jumat terdapat satu saat yang tidak ada seorang muslim pun yang bertepatan berdiri melakukan shalat dan memohon kepada Allah kebaikan, kecuali Allah akan memberikannya.” Beliau berisyarat dengan tangannya. Kami (perawi) mengartikan bahwa beliau mengisyaratkan sebentarnya waktu itu.[6] Para ulama berbeda pendapat mengenai waktu yang dimaksud oleh beliau ini. Ada yang mengatakan : Saat terbitnya matahari. Sebagian lain mengatakan : Saat zawal (tergelincirnya matahari di waktu siang). Sebagian lagi berkata : Saat adzan (dikumandangkan). Dikatakan : Jika Khathib telah naik mimbar lalu (mulai) berkhutbah. Dikatakan pula : Jika orang-orang berdiri untuk melaksanakan shalat. Dan jumhur ulama berpendapat bahwa waktu yang dimaksud adalah setelah Ashar. Kemudian mereka (jumhur ulama) pun berbeda pendapat dalam perinciannya tepatnya. Ada yang mengatakan di awal waktu sore, adapula yang mengatakan di akhir waktu sore. Perkataan terakhir inilah pendapat yang raajih dari sekian pendapat yang ada. Dalil yang mendasarinya adalah perkataan Nabi shallallaahu alaihi wa sallam :
يوم الجمعة ثنتا عشرة يريد ساعة لا يوجد مسلم يسأل الله - تعالى - شيئاً إلا آتاه الله عز وجل؛ فالتمسوها آخر ساعة بعد العصر
Hari Jumat itu ada 12 maksudnya adalah 12 jam yang tidaklah seorang seorang muslim didapati sedang meminta (berdoa) sesuatu kepada Allah taala kecuali Allah azza wa jalla akan mengabulkannya. Maka, carilah ia di akhir waktu setelah Ashar. Diriwayatkan oleh Abu Dawud no. 1048 dan An-Nasaaiy 3/99-100. Dishahihkan oleh Al-Albaniy, dalam Shahih Sunan Abi Dawud 1/290.

 4. Di akhir shalat-shalat yang diwajibkan.
عن أبي أمامة قال : قيل : يا رسول الله أي الدعاء أسمع؟ قال جوف الليل الآخر، ودبر الصلوات المكتوبات.
Dari Abu Umaamah radliyallaahu anhu : Dikatakan : Wahai Rasulullah, kapankah waktu yang paling baik saat doa dikabulkan ?. Beliau bersabda : Akhir waktu malam dan akhir shalat-shalat yang diwajibkan. Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy no. 3499 dan dihasankan oleh Al-Albaniy dalam Shahih Sunan At-Tirmidziy 3/441-442. Catatan : Para ulama berselisih pendapat tentang makna duburush-shalah. Sebagian ulama mengatakan maknanya adalah seusai shalat setelah salam. Sebagian lain mengatakan maknanya adalah di akhir shalat sebelum salam.

5. Antara adzan dan iqamat.
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : "لا يرد الدعاء بين الأذان والإقامة".
Telah bersabda Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam : Tidaklah ditolak doa yang diucapkan antara adzan dan iqamat. Diriwayatkan oleh Abu Dawud no. 521 dan At-Tirmidziy no. 212; dishahihkan oleh Al-Albaniy dalam Shahih Sunan Abi Dawud 1/156.

6. Saat adzan dikumandangkan.
وقال صلى الله عليه وسلم : "ثنتان لا تُردان أو قلَّ ما تردان: الدعاء عند النداء....".
Telah bersabda Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam : Ada dua hal yang tidak akan ditolak atau jarang ditolak : Doa saat adzan. Diriwayatkan oleh Abu Dawud no. 2540 dan dishahihkan oleh Al-Albaniy dalam Shahih Sunan Abi Dawud 2/108.

7. Saat bertemu musuh (di medan perang/jihad fii sabiilillah).
"ثنتان لا تردان أو قَلَّ ما تردان : "...، وعند البأس حين يُلْحَمُ بعضه بعضاً". قال رسول الله صلى الله عليه وسلم :
Telah bersabda Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam : Ada dua hal yang tidak akan ditolak atau jarang ditolak” :..dan ketika perang saat dua pihak saling menyerang.

 8. Lailatul-Qadr.
Malam tersebut merupakan waktu untuk meraih aneka macam kebaikan, dikabulkannya doa, dilipatgandakannya (pahala) amal, digugurkannya beban (doa) yang berat. Amal yang dilakukan pada waktu itu lebih baik daripada seribu bulan amal semisal yang dilakukan di waktu selainnya. Allah taala berfirman : لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ  Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. QS. Al-Qadr : 3. yaitu : (lebih baik daripada malam) yang tidak ada padanya Lailatul-Qadr. Dikatakan, Lailatul-Qadr jatuh pada malam ke-27 Ramadlan. Ibnu Abbas, habrul-ummah dan turjumanul-Quran, memilih pendapat ini. Pendapat ini berdalil karena surat ini terdiri dari 30 kata, dan kata yang ke-27 adalah ayat : سَلامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. Namun yang lebih nampak dan lebih kuat, malam Lailatul-Qadr tidak tertentu waktunya. Wallaahu alam.

 9. Saat safar.
قال النبي صلى الله عليه وسلم : "ثلاث دعوات لا شك فيهن دعوة المسافر والمظلوم ودعوة الوالد على ولده
". Telah bersabda Nabi shallallaahu alaihi wa sallam : Ada tiga doa yang tidak diragukan lagi padanya (untuk dikabulkan) : doa seorang musafir, doa orang yang teraniaya/terdhalimi, dan doa orang tua kepada anaknya. Diriwayatkan oleh Ahmad 2/258 & 434, Ath-Thayalisiy no. 2517, Ibnu Abi Syaibah 1/429, Ibnu Majah no. 3862, dan yang lainnya; dihasankan oleh Al-Arnauth dalam Takhrij Musnad Ahmad 12/479-480.

10. Saat berpuasa.
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : "ثلاث دعوات لا ترد : دعوة الوالد، ودعوة الصائم، ودعوة المسافر".
Telah bersabda Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam : Ada tiga macam doa yang tidak akan ditolak : doa orang tua (kepada anaknya), doa orang yang berpuasa, dan doa seorang musafir. Diriwayatkan oleh Al-Baihaqiy 3/345, dan dishahihkan oleh Al-Albaniy dalam Silsilah Ash-Shahiihah 4/406 no. 1797.

 11. Saat bulan Ramadlan.
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : "إن لله عتقاء في كل يوم وليلة لكل عبد منهم دعوة مستجابة".
Telah bersabda Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam : Sesungguhnya setiap hari Allah membebaskan (beberapa hamba-Nya yang muslim dari api neraka) dari api neraka. Setiap muslim yang berdoa (di waktu tersebut) pasti akan dikabulkan. Diriwayatkan oleh Ahmad 2/254 dan Abu Nuaim dalam Al-Hilyah 8/257; dishahihkan oleh Al-Arnauth dalam taliq-nya atas Musnad Ahmad. Al-Arnauth menukil perkataan Ibnu Hajar dalam Athraaful-Musnad (7/203) bahwasannya kandungan hadits ini terkait bulan Ramadlan. Diriwayatkan pula oleh Al-Bazzar (962 Kasyful-Astaar) dengan lafadh :
 إن الله تبارك وتعالى عتقاء في كل يوم وليلة - يعنى في رمضان - وإن لكل مسلم في كل يوم وليلة دعوة مستجاب له – “Sesungguhnya setiap hari Allah taala membebaskan (beberapa orang dari api neraka) yaitu pada bulan Ramadlan, dan sesungguhnya bagi setiap orang muslim apabila memanjatkan doa, maka pasti dikabulkan”. Namun sanad hadits Al-Bazzar di atas adalah dlaif dengan sebab rawi yang bernama Abaan bin Abi Ayyaasy ---- (namun hadits tersebut adalah shahih dengan keseluruhan jalannya sebagaimana penshahihan Syaikh Ali Al-Halaby dan Syaikh Salim Al-Hilaly dalam kitab Shifat Shaumin-Nabiy, wallaahu alam). Makna Utaqaa (عتقاء) dalam hadits ini adalah pembebasan dari siksa api neraka dengan sebab maghfirah Allah (di bulan Ramadlan). [lihat taliq dan takhrij selengkapnya dalam Musnad Ahmad (12/421 no. 7450) dengan tahqiq, taliq, dan takhrij Syauaib Al-Arnauth dan Adil Mursyid; dan syarah Ahmad Syakir atas kitab yang sama (7/250-251 no. 7443)].

 12. Doa yang dipanjatkan untuk seseorang ketika orang tersebut tidak ada di hadapannya. قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : "دعوة المرء المسلم لأخيه بظهر الغيب مستجابة؛ عند رأسه ملك موكل كلما دعا لأخيه بخير، قال الملك الموكل به: آمين ولك بمثل".
Telah bersabda Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam : Doa seorang muslim untuk saudaranya yang tidak ada di hadapannya adalah mustajab. Di kepalanya terdapat malaikat yang ditugaskan menjaganya. Setiap kali ia berdoa kebaikan untuk saudaranya, maka malaikat yang menjaganya tersebut berkata : amiin, dan bagimu hal yang semisal.’ Diriwayatkan oleh Muslim no. 2733.

13. Saat minum air zamzam.
Air zamzam merupakan air yang sangat diberkahi. Jika ia diminum sambil berdoa, maka insya Allah akan dikabulkan sesuai dengan keinginannya. Diriwayatkan oleh Jaabir bin Abdillah radliyallaahu anhu : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda :
 زَمْزَمُ لِمَا شُرِبَ لَهُ . “Air zamzam itu menurut apa yang diinginkan peminumnya. Diriwayatkan oleh Ibnu Majah no. 3062 dan Ahmad 3/357. Ad-Dimyaathiy berkata : Diriwayatkan oleh oleh Ahmad dan Ibnu Majah dengan sanad hasan [Al-Muttajar Ar-Raabih fii Tsawaabil-Amalish-Shaalih oleh Ad-Dimyaathiy, hal. 318, Baab Tsawaabu Syurbi Maai Zamzam]. Dishahihkan oleh Al-Albaniy dalam Irwaaul-Ghaliil, 4/320 no. 1123].

14. Saat wuquf di Arafah.
قال النبي صلى الله عليه وسلم : خير الدعاء دعاء يوم عرفة
Telah bersabda Nabi shallallaahu alaihi wa sallam : Sebaik-baik doa adalah doa (yang dipanjatkan) pada hari Arafah. Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy no. 3585 dan Ahmad 2/210; dihasankan oleh Al-Albaniy dalam Shahih Sunan At-Tirmidziy 3/471-472.



15. Saat diguyur hujan
قال النبي صلى الله عليه وسلم : ثنتان ما تردان : الدعاء عند النداء و تحت المطر
Telah bersabda Nabi shallallaahu alaihi wa sallam : Ada dua hal yang tidak akan ditolak : doa saat adzan berkumandang dan saat diguyur hujan. Diriwayatkan oleh Al-Haakim 2/124, Al-Baihaqiy 3/360, Abu Dawud no. 2540, dan Ar-Ruwiyaaniy no. 1047; dihasankan oleh Al-Albaniy dalam Shahiihul-Jaami no. 3078.

 16. Terbangun dari tidur yang sebelumnya dalam keadaan suci (berwudlu).
قال النبي صلى الله عليه وسلم : ما من مسلم يبيت على ذكر طاهرا فيتعار من الليل فيسأل الله خيرا من الدنيا والآخرة إلا أعطاه إياه
Telah bersabda Nabi shallallaahu alaihi wa sallam : Tidaklah seorang muslim yang tidur dalam keadaan berdzikir lagi suci, lalu ia terbangun di malam hari dan memohon (berdoa) kepada Allah kebaikan dunia dan akhirat, niscaya Allah akan memberikannya. Diriwayatkan oleh Abu Dawud no. 5042, An-Nasaiy dalam Amalul-Yaum wal-Lailah no. 805-806, Ibnu Majah no. 3881; dishahihkan oleh Al-Albaniy dalam Shahih Abi Dawud 3/239. Diriwayatkan oleh Al-Bukhariy dalam Shahih-nya no. 3303 dan Al-Adabul-Mufrad no. 1236 serta Muslim no. 2729.

 17. Saat mendengar ayam jantan berkokok
قال النبي صلى الله عليه وسلم : "إذا سمعتم صياح الديكة من الليل فاسألوا الله من فضله فإنها رأت ملكا وإذا سمعتم نهيق الحمار من الليل فتعوذوا بالله من الشيطان فإنه رأى شيطانا".
Telah bersabda Nabi shallallaahu alaihi wasallam bersabda : Apabila kalian mendengar ayam jantan berkokok di waktu malam, maka mintalah anugrah kepada Allah, karena sesungguhnya ia melihat malaikat. Namun apabila engkau mendengar keledai meringkik di waktu malam, maka mintalah perlindungan kepada Allah dari gangguan syaithan, karena sesungguhnya ia telah melihat syaithan. Diriwayatkan oleh Muslim no. 1920, Ahmad 6/297, dan Al-Baihaqiy 2/334.

18. Saat memejamkan mata orang yang meninggal.
عن أم سلمة. قالت : دخل رسول الله صلى الله عليه وسلم على أبي سلمة وقد شق بصره. فأغمضه. ثم قال "إن الروح إذا قبض تبعه البصر". فضج ناس من أهله. فقال "لاتدعوا على أنفسكم إلا بخير. فإن الملائكة يؤمنون على ما يقولون....
. Dari Ummu Salamah ia berkata : Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam masuk menemui Abu Salamah (yang telah meninggal) dimana matanya masih dalam keadaan terbuka. Lalu beliau memejamkannya, dan bersabda : Sesungguhnya ruh itu jika dicabut akan diikuti oleh mata. Kemudian sejumlah orang dari anggota keluarganya ribut. Beliau pun lantas bersabda : Janganlah kalian mendoakan diri kalian kecuali kebaikan. Karena sesungguhnya malaikat mengamini apa yang kalian ucapkan


 

Jumat, 25 November 2011

Keutamaan Al-Qur`an


Allah Ta’ala berfirman:
وأنزلنا إليك الكتاب بالحق مصدقا لما بين يديه من الكتاب ومهيمنا عليه

“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu.”
(QS. Al-Maidah: 48)

Ibnu Abbas radhiallahu anhuma berkata, “Batu ujian adalah yang terpercaya, Al-Qur`an adalah terpercaya di atas seluruh kitab sebelumnya.”

Dari Ibnu Umar radhiallahu anhuma dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:
لَا حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ الْقُرْآنَ فَهُوَ يَقُومُ بِهِ آنَاءَ اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا فَهُوَ يُنْفِقُهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ

“Tidak boleh ada hasad (kecemburuan) kecuali pada dua hal. (Pertama) kepada seorang yang telah diberi Allah (hafalan) Al Qur`an, sehingga ia membacanya siang dan malam. (Kedua) kepada seorang yang dikaruniakan Allah harta kekayaan, lalu dibelanjakannya harta itu siang dan malam (di jalan Allah).”
(HR. Al-Bukhari no. 4638 dan Muslim no. 1350)

Dari Utsman radhiallahu anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ

“Orang yang paling baik di antara kalian adalah seorang yang belajar Al Qur`an dan mengajarkannya.”
(HR. Al-Bukhari no. 4639)

Dari ‘Aisyah radhiallahu anha dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ

“Orang yang mahir membaca Al Qur`an, maka kedudukannya di akhirat ditemani oleh para malaikat yang mulia. Dan orang yang membaca Al Qur`an dengan tertatah-tatah, ia sulit dalam membacanya, maka ia mendapat dua pahala.”
(HR. Muslim no. 1329)

Dari Abu Musa Al Asy’ari radhiallahu anhuma dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:
مَثَلُ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَالْأُتْرُجَّةِ طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَرِيحُهَا طَيِّبٌ وَالَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَالتَّمْرَةِ طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَلَا رِيحَ لَهَا وَمَثَلُ الْفَاجِرِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الرَّيْحَانَةِ رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ وَمَثَلُ الْفَاجِرِ الَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الْحَنْظَلَةِ طَعْمُهَا مُرٌّ وَلَا رِيحَ لَهَا

“Perumpamaan orang yang membaca Al Qur`an adalah seperti buah Utrujjah, rasanya lezat dan baunya juga sedap. Sedang orang yang tidak membaca Al Qur`an adalah seperti buah kurma, rasanya manis, namun baunya tidak ada. Adapun orang Fajir yang membaca Al Qur`an adalah seperti buah Raihanah, baunya harum, namun rasanya pahit. Dan perumpamaan orang Fajir yang tidak membaca Al Qur`an adalah seperti buah Hanzhalah, rasanya pahit dan baunya juga tidak sedap.”
(HR. Al-Bukhari no. 4632 dan Muslim no. 1328)

Para malaikat juga ada yang mempunyai tugas khusus turun untuk mendengarkan bacaan orang yang membaca Al-Qur`an. Abu Said Al Khudri radhiallahu anhu bercerita:
أَنَّ أُسَيْدَ بْنَ حُضَيْرٍ بَيْنَمَا هُوَ لَيْلَةً يَقْرَأُ فِي مِرْبَدِهِ إِذْ جَالَتْ فَرَسُهُ فَقَرَأَ ثُمَّ جَالَتْ أُخْرَى فَقَرَأَ ثُمَّ جَالَتْ أَيْضًا قَالَ أُسَيْدٌ فَخَشِيتُ أَنْ تَطَأَ يَحْيَى فَقُمْتُ إِلَيْهَا فَإِذَا مِثْلُ الظُّلَّةِ فَوْقَ رَأْسِي فِيهَا أَمْثَالُ السُّرُجِ عَرَجَتْ فِي الْجَوِّ حَتَّى مَا أَرَاهَا قَالَ فَغَدَوْتُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ بَيْنَمَا أَنَا الْبَارِحَةَ مِنْ جَوْفِ اللَّيْلِ أَقْرَأُ فِي مِرْبَدِي إِذْ جَالَتْ فَرَسِي فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اقْرَأْ ابْنَ حُضَيْرٍ قَالَ فَقَرَأْتُ ثُمَّ جَالَتْ أَيْضًا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اقْرَأْ ابْنَ حُضَيْرٍ قَالَ فَقَرَأْتُ ثُمَّ جَالَتْ أَيْضًا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اقْرَأْ ابْنَ حُضَيْرٍ قَالَ فَانْصَرَفْتُ وَكَانَ يَحْيَى قَرِيبًا مِنْهَا خَشِيتُ أَنْ تَطَأَهُ فَرَأَيْتُ مِثْلَ الظُّلَّةِ فِيهَا أَمْثَالُ السُّرُجِ عَرَجَتْ فِي الْجَوِّ حَتَّى مَا أَرَاهَا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تِلْكَ الْمَلَائِكَةُ كَانَتْ تَسْتَمِعُ لَكَ وَلَوْ قَرَأْتَ لَأَصْبَحَتْ يَرَاهَا النَّاسُ مَا تَسْتَتِرُ مِنْهُمْ

“Pada suatu malam, Usaid bin Hudlair membaca (surat Al Kahfi) di tempat penambatan kudanya. Tiba-tiba kudanya meloncat, ia membaca lagi, dan kuda itupun meloncat lagi. Kemudian ia membaca lagi, dan kuda itu meloncat kembali. Usaid berkata, “Saya khawatir kuda itu akan menginjak Yahya, maka aku pun berdiri ke arahnya. Ternyata (aku melihat) sepertinya ada Zhullah (sesuatu yang menaungi) di atas kepalaku, di dalamnya terdapat cahaya yang menjulang ke angkasa hingga aku tidak lagi melihatnya. Maka pada pagi harinya, aku menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, “Wahai Rasulullah, semalam saya membaca (Al Qur`an) di tempat penambatan kudaku namun tiba-tiba kudaku meloncat.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bacalah wahai Ibnu Hudlair.” Kemudian aku pun membacanya lagi, dan kuda itu juga meloncat kembali. Beliau bersabda: “Bacalah wahai Ibnu Hudlair.” Kemudian aku pun membacanya lagi, dan kuda itu juga meloncat kembali. Beliau bersabda lagi, “Bacalah wahai Ibnu Hudlair.” Ibnu Hudlair berkata; Maka sesudah itu, akhirnya saya beranjak. Saat itu Yahya dekat dengan kuda, maka saya khawatir kuda itu akan menginjaknya. Kemudian saya melihat sesuatu seperti Zhullah (sesuatu yang menaungi) yang di dalamnya terdapat cahaya yang naik ke atas angkasa hingga saya tidak lagi melihatnya. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda: “Itu adalah Malaikat yang sedang menyimak bacaanmu, sekiranya kamu terus membaca, niscaya pada pagi harinya manusia akan melihatnya dan Malaikat itu tidak bisa menutup diri dari pandangan mereka.”
(HR. Muslim no. 1327)

Disunnahkan untuk mendengarkan bacaan Al-Qur`an, meminta orang yang hafal untuk membacanya, menangis ketika membaca dan mendengarnya, serta mentadabburi kandungannya. Semua ini dipetik dari hadits Abdullah bin Mas’ud radhiallahu anhu bahwa dia berkata:
قَالَ لِي النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اقْرَأْ عَلَيَّ قُلْتُ آقْرَأُ عَلَيْكَ وَعَلَيْكَ أُنْزِلَ قَالَ فَإِنِّي أُحِبُّ أَنْ أَسْمَعَهُ مِنْ غَيْرِي فَقَرَأْتُ عَلَيْهِ سُورَةَ النِّسَاءِ حَتَّى بَلَغْتُ: { فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هَؤُلَاءِ شَهِيدًا }.قَالَ أَمْسِكْ فَإِذَا عَيْنَاهُ تَذْرِفَانِ

“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadaku: “Bacakanlah Al Qur’an kepadaku! Aku berkata; Bagaimana aku membacakan kepadamu, padahal Al Qur’an diturunkan kepadamu? Beliau menjawab: “Sesungguhnya aku suka mendengarkannya dari orang lain.” Lalu aku membacakan kepada beliau surat An Nisa` hingga tatkala sampai ayat, “Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu.” (QS. An Nisa`: 41).” Beliau berkata, ‘Cukup.’ Dan ternyata beliau mencucurkan air mata (menangis).”
(HR. Al-Bukhari no. 4216 dan Muslim no. 1332)

Ini adalah keutamaan umum untuk semua ayat dalam Al-Qur`an. Hanya saja ada dalil-dalil khusus yang menyebutkan keutamaan sebagian surah dalam Al-Qur`an, di antaranya:
 
a.    Keutamaan Al-Fatihah.
Dari Abu Sa’id bin Al Mu’alla radhiallahu anhu dia berkata:
كُنْتُ أُصَلِّي فِي الْمَسْجِدِ فَدَعَانِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمْ أُجِبْهُ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي كُنْتُ أُصَلِّي فَقَالَ أَلَمْ يَقُلْ اللَّهُ: { اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ }. ثُمَّ قَالَ لِي لَأُعَلِّمَنَّكَ سُورَةً هِيَ أَعْظَمُ السُّوَرِ فِي الْقُرْآنِ قَبْلَ أَنْ تَخْرُجَ مِنْ الْمَسْجِدِ ثُمَّ أَخَذَ بِيَدِي فَلَمَّا أَرَادَ أَنْ يَخْرُجَ قُلْتُ لَهُ أَلَمْ تَقُلْ لَأُعَلِّمَنَّكَ سُورَةً هِيَ أَعْظَمُ سُورَةٍ فِي الْقُرْآنِ قَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ هِيَ السَّبْعُ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنُ الْعَظِيمُ الَّذِي أُوتِيتُهُ

“Suatu saat saya sedang melaksanakan shalat di masjid, tiba-tiba Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memanggilku namun saya tidak menjawab panggilannya hingga shalatku selesai. Setelah itu, saya menemui beliau dan berkata; “Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sesungguhnya pada waktu itu saya sedang shalat.” Beliau bersabda: “Bukankah Allah ‘azza wajalla telah berfirman; ‘Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu.’” Beliau bersabda lagi: “Sungguh, saya akan mengajarimu tentang surat yang paling agung yang terdapat di dalam Al Qur`an sebelum kamu keluar dari Masjid.” Kemudian beliau memegang tanganku, dan saat beliau hendak keluar Masjid, saya pun berkata; “Bukankah engkau berjanji; ‘Saya akan mengajarimu surat yang paling agung yang terdapat di dalam Al Qur`an.’ Beliau menjawab; (Yaitu surat) AL HAMDU LILLAHI RABBIL ‘AALAMIIN (Segala puji bagi Allah, Rabb semesta Alam), ia adalah As Sab’u Al Matsani, dan Al Qur`an Al Azhim yang telah diwahyukan kepadaku.”
(HR. Al-Bukhari no. 4114)

b.    Keutamaan Al-Baqarah dan Ali Imran.
Abu Umamah Al Bahili radhiallahu anhu berkata: Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لِأَصْحَابِهِ اقْرَءُوا الزَّهْرَاوَيْنِ الْبَقَرَةَ وَسُورَةَ آلِ عِمْرَانَ فَإِنَّهُمَا تَأْتِيَانِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَأَنَّهُمَا غَمَامَتَانِ أَوْ كَأَنَّهُمَا غَيَايَتَانِ أَوْ كَأَنَّهُمَا فِرْقَانِ مِنْ طَيْرٍ صَوَافَّ تُحَاجَّانِ عَنْ أَصْحَابِهِمَا اقْرَءُوا سُورَةَ الْبَقَرَةِ فَإِنَّ أَخْذَهَا بَرَكَةٌ وَتَرْكَهَا حَسْرَةٌ وَلَا تَسْتَطِيعُهَا الْبَطَلَةُ

“Bacalah Al Qur`an, karena ia akan datang memberi syafa’at kepada para pembacanya pada hari kiamat nanti. Bacalah Zahrawain, yakni surat Al Baqarah dan Ali Imran, karena keduanya akan datang pada hari kiamat nanti, seperti dua tumpuk awan menaungi pembacanya, atau seperti dua kelompok burung yang sedang terbang dalam formasi hendak membela pembacanya. Bacalah Al Baqarah, karena dengan membacanya akan memperoleh barokah, dan dengan tidak membacanya akan menyebabkan penyesalan, dan para penyihir tidak mampu membacanya.”
(HR. Muslim no. 1337)

c.    Keutamaan Ayat Kursi
Dari Ubay bin Ka’ab radhiallahu anhu dia berkata:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ يَا أَبَا الْمُنْذِرِ أَتَدْرِي أَيُّ آيَةٍ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ مَعَكَ أَعْظَمُ قَالَ قُلْتُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ يَا أَبَا الْمُنْذِرِ أَتَدْرِي أَيُّ آيَةٍ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ مَعَكَ أَعْظَمُ قَالَ قُلْتُ: { اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ }. قَالَ فَضَرَبَ فِي صَدْرِي وَقَالَ وَاللَّهِ لِيَهْنِكَ الْعِلْمُ أَبَا الْمُنْذِرِ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Hai Abu Al-Mundzir! tahukah kamu, ayat manakah di antara ayat-ayat Al Qur`an yang ada padamu yang paling utama?” Abu Mundzir berkata; saya menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Beliau bertanya lagi: “Hai Abu Mundzir, tahukah kamu, ayat manakah di antara ayat-ayat Al Qur`an yang ada padamu yang paling utama?” Abu Mundzir berkata; Saya menjawab, “ALLAHU LAA ILAAHA ILLAA HUWAL HAYYUL QAYYUUM.” Abu Mundzir berkata; lalu beliau menepuk dadaku seraya bersabda: “Demi Allah, semoga dadamu dipenuhi dengan ilmu, wahai Abu Al-Mundzir.”
(HR. Muslim no. 1343)

d.    Keutamaan 2 Ayat Terakhir Al-Baqarah.
Dari Abu Mas’ud Al Anshari radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ قَرَأَ هَاتَيْنِ الْآيَتَيْنِ مِنْ آخِرِ سُورَةِ الْبَقَرَةِ فِي لَيْلَةٍ كَفَتَاهُ

“Barangsiapa yang membaca dua ayat ini, yakni dari akhir surat Al Baqarah di malam hari, maka keduanya sudah mencukupinya.”
(HR. Al-Bukhari no. 3707 dan Muslim no. 1341)

e.    Keutamaan 10 Ayat Pertama Al-Kahfi
Dari Abu Ad-Darda` radhiallahu anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ حَفِظَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنْ أَوَّلِ سُورَةِ الْكَهْف عُصِمَ مِنْ الدَّجَّالِ

“Siapa yang menghafal sepuluh ayat dari awal surat Al Kahfi, maka ia akan terpelihara dari (fitnah) Dajjal.”
(HR. Muslim no. 1342)
f.    Keutamaan Al-Ikhlash
Dari Abu Sa’id Al Khudri bahwa seorang laki-laki mendengar seseorang yang membaca surat: “QUL HUWALLAHU AHAD.” dan orang itu selalu mengulang-ngulangnya. Di pagi harinya, maka laki-laki itu pun segera menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan mengadukan mengenai seseorang yang ia dengar semalam membaca surat yang sepertinya ia menganggap sangat sedikit. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda:
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنَّهَا لَتَعْدِلُ ثُلُثَ الْقُرْآنِ

“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya surat itu benar-benar menyamai sepertiga Al Qur`an.”
(HR. Al-Bukhari no. 4627)

g.    Keutamaan Al-Ikhlash, Al-Falaq, dan An-Naas.
Dari Aisyah radhiallahu anhu dia berkata:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ كُلَّ لَيْلَةٍ جَمَعَ كَفَّيْهِ ثُمَّ نَفَثَ فِيهِمَا فَقَرَأَ فِيهِمَا قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ وَ قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ وَ قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ ثُمَّ يَمْسَحُ بِهِمَا مَا اسْتَطَاعَ مِنْ جَسَدِهِ يَبْدَأُ بِهِمَا عَلَى رَأْسِهِ وَوَجْهِهِ وَمَا أَقْبَلَ مِنْ جَسَدِهِ يَفْعَلُ ذَلِكَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ

“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam biasa bila hendak beranjak ke tempat tidurnya pada setiap malam, beliau menyatukan kedua telapak tangannya, lalu meniupnya dan membacakan: “QULHUWALLAHU AHAD..” dan, “QUL `A’UUDZU BIRABBIL FALAQ…” serta, “QUL `A’UUDZU BIRABBIN NAAS..” Setelah itu, beliau mengusapkan dengan kedua tangannya pada anggota tubuhnya yang terjangkau olehnya. Beliau memulainya dari kepala, wajah dan pada anggota yang dapat dijangkaunya. Hal itu, beliau ulangi sebanyak tiga kali.”
(HR. Al-Bukhari no. 4630)