Kriteria
Pertama: Memiliki Agama yang Bagus
Inilah yang harus jadi kriteria
pertama sebelum kriteria-kriteria lainnya. Tentu saja wanita idaman memiliki
aqidah yang bagus, bukan malah aqidah yang salah jalan. Seorang wanita yang
baik agamanya tentu saja tidak suka membaca ramalan-ramalan bintang seperti
zodiak dan shio. Karena ini tentu saja menunjukkan rusaknya aqidah wanita
tersebut. Membaca ramalan bintang sama halnya dengan mendatangi tukang ramal.
Bahkan ini lebih parah dikarenakan tukang ramal sendiri yang datang ke rumahnya
dan ia bawa melalui majalah yang memuat berbagai ramalan bintang setiap pekan
atau setiap bulannya. Jika cuma sekedar membaca ramalan tersebut,
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam katakan, “Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal,
lalu ia bertanya mengenai sesuatu, maka shalatnya tidak diterima selama 40
malam.”[1] Jika sampai membenarkan ramalan tersebut, lebih parah lagi
akibatnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa
mendatangi dukun atau tukang ramal, lalu ia membenarkan apa yang mereka
katakan, maka ia telah kufur pada Al Qur’an yang diturunkan pada Muhammad.”[2]
Begitu pula ia paham tentang
hukum-hukum Islam yang berkenaan dengan dirinya dan juga untuk mengurus
keluarga nantinya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam juga memerintahkan seorang pria untuk memilih perempuan yang baik
agamanya. Beliau bersabda, “Perempuan itu dinikahi karena empat faktor yaitu
agama, martabat, harta dan kecantikannya. Pilihlah perempuan yang baik
agamanya. Jika tidak, niscaya engkau akan menjadi orang yang merugi”.[3] Sebenarnya makna “taribat yadak” adalah
Inilah kriteria wanita idaman yang
patut diperhatikan pertama kali –yaitu baiknya agama- sebelum kriteria lainnya,
sebelum kecantikan, martabat dan harta.
Kriteria
Kedua: Selalu Menjaga Aurat
Kriteria ini pun harus ada dan jadi
pilihan. Namun sayangnya sebagian pria malah menginginkan wanita yang buka-buka
aurat dan seksi. Benarlah, laki-laki yang jelek memang menginginkan wanita yang
jelek pula.
Ingatlah, sangat bahaya jika seorang
wanita yang berpakaian namun telanjang dijadikan pilihan. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
صِنْفَانِ
مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ
الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلاَتٌ
مَائِلاَتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ
الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ
كَذَا وَكَذَا
“Ada dua golongan dari penduduk
neraka yang belum pernah aku lihat: [1] Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti
ekor sapi untuk memukul manusia dan [2] para wanita yang berpakaian tapi
telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang
miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium
baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.”[4] Di antara makna wanita yang berpakaian tetapi telanjang
dalam hadits ini adalah:
- Wanita yang menyingkap sebagian anggota tubuhnya, sengaja menampakkan keindahan tubuhnya. Inilah yang dimaksud wanita yang berpakaian tetapi telanjang.
- Wanita yang memakai pakaian tipis sehingga nampak bagian dalam tubuhnya. Wanita tersebut berpakaian, namun sebenarnya telanjang.[5]
Sedangkan aurat wanita yang wajib
ditutupi adalah seluruh tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangan.
Allah Ta’ala berfirman,
يَا
أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ
يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا
يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
“Hai Nabi, katakanlah kepada
isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min:
“Hendaklah mereka mendekatkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang
demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak
di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al
Ahzab [33] : 59). Jilbab bukanlah penutup wajah, namun jilbab adalah kain yang
dipakai oleh wanita setelah memakai khimar. Sedangkan khimar adalah penutup
kepala.
Allah Ta’ala juga berfirman,
وَقُلْ
لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا
يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا
“Katakanlah kepada wanita yang
beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah
mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.”
(QS. An Nuur [24] : 31). Berdasarkan tafsiran Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Atho’ bin
Abi Robbah, dan Mahkul Ad Dimasqiy bahwa yang boleh ditampakkan adalah wajah dan
kedua telapak tangan.[6]
Kriteria
Ketiga: Berbusana dengan Memenuhi Syarat Pakaian yang Syar’i
Wanita yang menjadi idaman juga
sepatutnya memenuhi beberapa kriteria berbusana berikut ini yang kami sarikan
dari berbagai dalil Al Qur’an dan As Sunnah.
Syarat pertama: Menutupi seluruh
tubuh (termasuk kaki) kecuali wajah dan telapak tangan.
Syarat kedua: Bukan memakai pakaian
untuk berhias diri.
Allah Ta’ala berfirman,
وَقَرْنَ
فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى
“Dan hendaklah kamu tetap di
rumahmu dan janganlah kamu ber-tabarruj seperti orang-orang jahiliyyah
pertama.” (QS. Al Ahzab : 33). Abu ‘Ubaidah mengatakan, “Tabarruj adalah
menampakkan kecantikan dirinya.” Az Zujaj mengatakan, “Tabarruj adalah
menampakkan perhiasaan dan setiap hal yang dapat mendorong syahwat (godaan)
bagi kaum pria.”[7]
Syarat ketiga: Longgar, tidak ketat
dan tidak tipis sehingga tidak menggambarkan bentuk lekuk tubuh.
Syarat keempat: Tidak diberi
wewangian atau parfum. Dari Abu Musa Al Asy’ary bahwanya ia berkata, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang perempuan yang
mengenakan wewangian lalu melalui sekumpulan laki-laki agar mereka mencium bau
harum yang dia pakai maka perempuan tersebut adalah seorang pelacur.”[8]
Inilah di antara beberapa syarat
pakaian wanita yang harus dipenuhi. Inilah wanita yang pantas dijadikan
kriteria.
Kriteria
keempat: Betah Tinggal di Rumah
Di antara yang diteladankan oleh
para wanita salaf yang shalihah adalah betah berada di rumah dan
bersungguh-sungguh menghindari laki-laki serta tidak keluar rumah kecuali ada
kebutuhan yang mendesak. Hal ini dengan tujuan untuk menyelamatkan masyarakat
dari godaan wanita yang merupakan godaan terbesar bagi laki-laki.
Allah Ta’ala berfirman,
وَقَرْنَ
فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى
“Dan tinggallah kalian di
dalam rumah-rumah kalian dan janganlah kalian berdandan sebagaimana
dandan ala jahiliah terdahulu” (QS Al Ahzab: 33).
Ibnu Katsir ketika menjelaskan ayat
di atas mengatakan, “Hendaklah kalian tinggal di dalam rumah-rumah kalian dan
janganlah kalian keluar rumah kecuali karena ada kebutuhan”.[9]
Dari Abdullah, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya perempuan itu aurat.
Jika dia keluar rumah maka setan menyambutnya. Keadaan perempuan yang paling
dekat dengan wajah Allah adalah ketika dia berada di dalam rumahnya”.[10]
Kriteria
Kelima: Memiliki Sifat Malu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
الْحَيَاءُ
لاَ يَأْتِى إِلاَّ بِخَيْرٍ
“Rasa malu tidaklah mendatangkan
kecuali kebaikan.”[11]
Kriteria ini juga semestinya ada
pada wanita idaman. Contohnya adalah ketika bergaul dengan pria. Wanita yang
baik seharusnya memiliki sifat malu yang sangat. Cobalah perhatikan contoh yang
bagus dari wanita di zaman Nabi Musa ‘alaihis salam.
Allah Ta’ala
berfirman,
وَلَمَّا
وَرَدَ مَاءَ مَدْيَنَ وَجَدَ عَلَيْهِ أُمَّةً مِنَ النَّاسِ يَسْقُونَ وَوَجَدَ
مِنْ دُونِهِمُ امْرَأتَيْنِ تَذُودَانِ قَالَ مَا خَطْبُكُمَا قَالَتَا لَا
نَسْقِي حَتَّى يُصْدِرَ الرِّعَاءُ وَأَبُونَا شَيْخٌ كَبِيرٌ (23) فَسَقَى
لَهُمَا ثُمَّ تَوَلَّى إِلَى الظِّلِّ فَقَالَ رَبِّ إِنِّي لِمَا أَنْزَلْتَ
إِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيرٌ (24)
“Dan tatkala ia sampai di sumber
air negeri Mad-yan ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan
(ternaknya), dan ia men- jumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita
yang sedang menghambat (ternaknya). Musa berkata: “Apakah maksudmu (dengan
berbuat begitu)?” Kedua wanita itu menjawab: “Kami tidak dapat meminumkan
(ternak kami), sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan (ternaknya),
sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya”. Maka Musa
memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya.” (QS. Qashash: 23-24).
Lihatlah bagaimana bagusnya sifat kedua wanita ini, mereka malu
berdesak-desakan dengan kaum lelaki untuk meminumkan ternaknya. Namun coba
bayangkan dengan wanita di zaman sekarang ini!
Demikianlah kriteria wanita yang
semestinya jadi idaman. Namun kriteria ini baru sebagian saja. Akan tetapi,
kriteria ini semestinya yang dijadikan prioritas.
Intinya, jika seorang pria ingin
mendapatkan wanita idaman, itu semua kembali pada dirinya. Ingatlah: ”Wanita
yang baik untuk laki-laki yang baik”. Jadi, hendaklah seorang pria mengoreksi
diri pula, sudahkah dia menjadi pria idaman, niscaya wanita yang ia
idam-idamkan di atas insya Allah menjadi pendampingnya. Inilah kaedah umum yang
mesti diperhatikan.
Semoga Allah memudahkan kita untuk
selalu mendapatkan keberkahan dalam hidup ini.
Segala puji bagi Allah yang dengan
nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.